Rabu, 31 Maret 2010

Manfaat PI

Manfaat penelitian ilmiah:
- Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan berinvestasi untuk pengembangan usaha bagi badan usaha tersebut.
- Sebagai bahan acuan bagi seseorang atau badan usaha lain dalam berinvestasi untuk mendirikan maupun mengembangkan usahanya.

Isi Otak Laki-laki Lebih dari Sekedar Seks (TULISAN BEBAS)

Anggapan bahwa laki-laki sering menggampangkan masalah karena otaknya sangat sederhana ternyata tak sepenuhnya benar. Isi otak laki-laki tidak sesederhana seperti urusan seks dan perempuan saja.

Terdapat perbedaan mengenai otak laki-laki dan perempuan terutama dalam cara menggoda, cara seseorang melawan dan cara berkembang.

Seorang ahli neuropsikiatris Dr Louann Brizendine seperti dikutip dari TIME, Rabu (31/3/2010) menuturkan otak laki-laki tidak sesederhana yang orang pikirkan tapi begitu kompleks, yaitu:

1. Benarkah laki-laki hanya memiliki pikiran seks yang menggila?
Kemungkinan itu hanya lambang dari pengalaman perempuan saja daripada melihat yang sebenarnya terjadi di otak laki-laki.

Tentu saja seorang laki-laki mencari dan mencari tentang seks, tapi laki-laki juga memilih orang yang akan dijadikan pasangannya. Memang diperkirakan daerah otak laki-laki 2,5 kali lebih besar dalam hal pengejaran seks dibandingkan perempuan.

2. Bagaimana seks dan cinta bisa berhubungan?
Jalur seks melepaskan hormon dopamin dalam jumlah besar yang bisa memberikan kesenangan. Sistem ini biasanya dipicu selama seks dan orgasme yang kemudian kembali lagi ke otak, membuat seseorang ingin melakukannya lagi dan lagi sehingga menjadi pengalaman yang indah.

Pada beberapa poin tertentu, jalur cinta dan jalur seks saling berkaitan bersama. Sehingga gabungan jalur ini membantu seseorang mengidentifikasi orang tersebut sebagai "the one" yang mengungkapkan adanya hubungan antara cinta dan seks.

3. Ada satu gen yang dipelajari oleh peneliti dan kemungkinan memainkan peran dalam hal ketidaksetiaan.

Dalam hal ini dibicarakan gen reseptor vasopressin. Pada percobaan yang dilakukan dengan tikus, imuwan menemukan bahwa jika gen tersebut panjang maka membuat tikus menjadi monogami atau setia. Tikus montana yang memiliki versi reseptor gen vasopressin pendek disuntikkan gen yang panjang di bagian otak, dan didapatkan tikus tersebut menjadi monogami.

Sejauh ini penelitian pada manusia telah diidentifikasi, didapatkan sekitar 17 panjang gen reseptor vasopressin yang berbeda-beda. Beberapa studi menunjukkan laki-laki yang memiliki versi lebih panjang memungkinkan untuk menikah dan sang istri menuturkan bahwa mereka memang memiliki pernikahan serta belum ada tindakan ketidaksetiaan apapun. Sedangkan laki-laki yang memiliki gen lebih pendek, cenderung menjadi bujangan.

4. Perempuan dan laki-laki memiliki proses emosi yang berbeda.
Terdapat mirror-neuron system (MNS) yang memungkinkan seseorang melihat eskpresi wajah dan tahu apa yang dirasakan orang tersebut. Pada laki-laki biasanya mereka melakukan hal ini sangat cepat di MNS dan bergerak cepat untuk mengetahui apa yang terjadi. Kemudian mereka beralih ke sistem lain yang disebut temporal parietal junction system (TPJ), yaitu sistem yang mencari cara untuk memperbaiki masalah. Sedangkan perempuan melakukan hal yang lama pada MNS.

5. Apa yang terjadi ketika seorang laki-laki menjadi seorang ayah?
Hormon testosteron akan menurun dan hormon prolaktin akan meningkat di otak laki-laki, ini karena ia mencium hormon feromon dari istrinya yang hamil.

Pada saat bayi sudah lahir, maka ia mampu mendengar tangisan bayi dengan lebih baik, jadi sistem persepsi auditorinya berubah dan dorongan seksnya telah menurun seiring dengan berkurangnya hormon testosteron.

SUMBER : DETIK.COM

Earth Hour 2010 ( Tugas Bebas )

"Earth Hour" merupakan program yang diinisiasi oleh WWF untuk mengajak kalangan individu, bisnis, pemerintahan, dan komunitas masyarakat untuk mematikan lampu selama satu jam sebagai bentuk dukungan terhadap perubahan iklim dunia.

Kegiatan ini pertama kali dilakukan di Sydney, Australia pada tahun 2007, dimana 2 juta orang mematikan lampu mereka. Sedangkan pada "Earth Hour" tahun 2008, lebih dari 50 juta orang di seluruh dunia yang ikut ambil bagian. Pada "Earth Hour" tahun 2009, sebanyak 1 miliar orang dari 4.088 kota besar dan kecil di 88 negara ikut mematikan lampu satu jam sebagai aksi publik terbesar untuk perubahan iklim.

Di Indonesia, aksi itu juga memeroleh sambutan dari berbagai kalangan. Setidaknya 33 perguruan tinggi dan sekolah bakal berpartisipasi dalam program "Earth Hour" tahun 2010. Gubernur DKI jakarta Fauzi Bowo mengatakan Jakarta juga akan berpartisipasi dalam "Earth Hour" 2010 dengan memadamkan lampu di lima ikon kota yaitu Bundaran Hl dan air mancurnya. Monas dan air mancur menarinya, Gedung Balai Kota, Patung Pemuda, dan Air Mancur Patung Arjuna Wiwaha. Pemda juga mengeluarkan surat edaran kepada pemilik gedung bertingkat untuk mendukung "Earth Hour" 2010. Pemda di Jakarta juga akan mematikan lampu-lampu iklan luar ruang dan lampu-lampu penerangan jalan umum di beberapa ruas jalan pada pelaksanaan "Earth Hour" 2010.

Menurut Gubernur Fauzi Bowo jika 10 persen penduduk Jakarta mendukung "Earth Hour" terjadi penghematan listrik sebesar 300 Megawatt, bisa mematikan satu pembangkit listrik, hemat 267 ton karbondioksida, dan menghemat lebih dari 267 pohon, dan oksigen untuk lebih dari 535 orang, serta menghemat dana hingga Rp200 juta.

Pada pelaksanaan "Earth Hour" tahun 2009 di Jakarta, berhasil dihemat konsumsi listrik sebesar 50 Megawatt. Jika kota-kota besar di Indonesia juga melakukan hal yang sama, maka jumlah listrik yang dihemat negara juga akan lebih besar lagi. Tidak hanya menghemat listrik, aksi itu sangat terkait dengan perubahan iklim. Masyarakat dewasa ini juga tahu dan mendengar terjadinya, perubahan iklim di dunia. Perubahan tersebut tentu akibat perilaku manusia.

Tak hanya iklim yang berubah, kerusakan lingkungan alam juga sedang terjadi. Di Indonesia bisa kita saksikan dan rasakan terjadinya bencana alam silih berganti "muncul". Saat ini banyak saudara-saudara kita, seperti di Karawang, Purwakaita, Cikampek, dan daerah sekitarnya tempat tinggalnya tenggelam akibat banjir. Mereka juga khawatir hujan terus menerus bisa menyebabkan Waduk Jatiluhur kelebihan beban dan jebol. Jika hal itu terjadi, maka malapetaka yang dirasakan oleh masyarakat.

Karena itu selain melakukan penghematan energi, memelihara kelestarian alam harus dilakukan seoptimal mungkin oleh seluruh lapisan masyarakat agar bencana alam tidak terjadi dan perubahan iklim bisa dihindari. ||

Sumber: Pelita

EMPAT POLA HUBUNGAN SUBJEK DAN PREDIKAT

1. Semua Subjek adalah bukan semua Predikat
Contoh kalimat:
a. Semua motor adalah bukan semua Honda.
b. Semua dosen adalah bukan semua laki-laki.
c. Semua mobil adalah bukan semua sedan.
d. Semua wanita adalah bukan semua berambut panjang.

2. Semua Subjek adalah Predikat
Contoh kalimat:
a. Semua ayah adalah kepala rumah tangga.
b. Semua manusia adalah ciptaan Allah.
c. Sebagian wanita adalah memakai celana jins.
d. Sebagian dosen Universitas Gunadarma adalah laki-laki.

3. Tidak adapun Subjek adalah Predikat
Contoh kalimat :
a. Tidak ada satupun wanita adalah berjenggot.
b. Tidak ada satupun manusia adalah hewan.
c. Tidak ada satupun manusia adalah bisa hidup sendiri.
d. Tidak ada satupun manusia adalah kuat menahan dahaga.

4. Sebagian Subjek adalah sebagian Predikat
Contoh kalimat :
a. Sebagian manusia adalah sebagian wanita.
b. Sebagian hewan adalah sebagian hidup di air.
c. Sebagian wanita adalah sebagian berkerudung.
d. Sebagian manusia adalah sebagian tidak bisa berenang.



referensi : www.google.com

Pengertian dan Pentingnya Motivasi

Pengertian Motivasi

Menurut Walgito (2002) motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau tomove yang berarti kekuatan dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat (driving force). Motif sebagai pendorong tidak berdiri sendiri tetapi saling terkait dengan faktor lain yang disebut dengan motivasi.Menurut Caplin (1993) motif adalah suatau keadaan ketegangan didalam individu yang membangkitkan, memelihara dan mengarahkan tingkah laku menuju pada tujuan atau sasaran. Motif juga dapat diartikan sebagai tujuan jiwa yang mendorong individu untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dan untuk tujuan-tujuan tertentu terhadap situasi disekitarnya (Woodworth dan Marques dalam Mustaqim, 1991).Sedangkan menurut Koontz dalam Moekjizat (1984) motif adalah suatu keadaan dari dalam yang memberi kekuatan, yang menggiatkan atau menggerakkan, dan yang mengarahkan atau menyalurkan perilaku kearah tujuan-tujuan tertentu.
Menurut Gunarsa (2003) terdapat dua motif dasar yang menggerakkan perilaku seseorang, yaitu motif biologis yang berhubungan dengan kebutuhan untuk mempertahankan hidup dan motif sosial yang berhubungan dengan kebutuhan sosial. Sementara Maslow A.H. menggolongkan tingkat motif menjadi enam, yaitu: kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan seks, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri (dalam Mahmud, 1990).

Pentingnya Motivasi

Pentingnya motivasi dalam belajar Motivasi adalah penting, bahkan tanpa kesepakatan tertentu mengenai definisi konsep tersebut. Apabila terdapat dua anak yang memiliki kemampuan sama dan memberikan peluang dan kondisi yang sama untuk mencapai tujuan, kinerja dan hasil-hasil yang dicapai oleh anak yang termotivasi akan lebih baik di bandingkan dengan anak yang tidak termotivasi. Hal ini dapat di ketahui dari pengalaman dan pengamatan sehari-hari. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa apabila anak tidak memiliki motivasi belajar, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar pada diri anak tersebut. Walaupun begitu hal itu kadang-kadang menjadi masalah, karena motivasi bukanlah suatu kondisi. Apabila motivasi anak itu rendah umumnya diasumsikan bahwa prestasi siswa yang bersangkutan akan rendah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar
Ada 6 faktor yang di dukung oleh sejumlah teori psikologi dan penelitian terkait yang memiliki dampak substansial terhadap motivasi belajar siswa.
1. Sikap
2. Kebutuhan
3. Ransangan
4. Afektif
5. Kompetensi
6. Penguatan

Kamis, 04 Maret 2010

BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN

Mungkin sudah banyak tentang pengetahuan bahaya merokok dan dampaknya juga bisa dilihat dari bungkus rokok itu sendiri seperti(MEROKOK DAPAT MENYEBABKAN KANKER,SERANGAN JANTUNG,IMPOTENSI DAN GANGGUAN KEHAMILAN DAN JANIN)sudah jelas kalimat tersebut menyerukan tentang bahayanya merokok.
didalam rokok itu sendiri mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan seperti:
TAR mengandung bahan kimia yang beracun, sebagainya merusak sel paru-paru dan meyebabkan kanker.
KARBON MONOKSIDA (CO) Gas beracun yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan darah membawa oksigen.
NIKOTIN Salah satu jenis obat perangsang yang dapat merusak jantung dan sirkulasi darah, nikotin membuat pemakainya kecanduan.
penyakit-penyakit yang dapat mengancam para perokok seperti:stroke,katarak,kanker paru-paru,gagal jantung, serangan jantung, hipertensi,kemandulan, bayi lahir prematur,dan masih banyak lagi penyakit yang dapat ditimbulkan oleh rokok.
kita sebagai generasi penerus bangsa harus menghindari dan tidak mengkonsumsi rokok secara berlebihan nmaun tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar masyarakat menjadi pecandu rokok.

Rabu, 03 Maret 2010

ARTI KEPRIBADIAN

Kepribadian sendiri merupakan terjemahan dari bahasa inggris, yaitu personality.kata personality sendiri berasal dari bahasa latin persona,yang berarti topeng yang digunakan para pemain sandiwara di Zaman Romawi dan bias di sebut juga actor di saat pertunjukan actor ini tidak menunjukan kepribadian yang sesungguhnya melainkan topeng yang ditampilkan di saat pertunjukan atau bersandiwara di saat pertunjukan.
Secara umum kepribadian menunjuk pada bagaimana individu tampil dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya. Pada dasarnya definisi dari kepribadian secara umum ini adalah lemah karena hanya menilai perilaku yang dapat diamati saja dan tidak mengabaikan kemungkinan bahwa ciri-ciri ini bisa berubah tergantung pada situasi sekitarnya selain itu definisi ini disebut lemah karena sifatnya yang bersifat evaluatif (menilai), bagaimanapun pada dasarnya kepribadian itu tidak dapat dinilai “baik” atau “buruk” karena bersifat netral.
Banyak istilah yang digunakan yang memiliki kedekatan arti dengan istilah kepribadian(Personality), seperti karakter(Character),watak(Dispotition),temperamen(Temperamen),ciri-ciri(Type-attribute),sifat(Traits) dan kebiasaan.

Hilangnya jati diri bahasa Indonesia

Bangsa dunia menilai kemajuan peradaban suatu bangsa salah satunya adalah melalui ketinggian bahasanya. Bahasa yang kompleks dari segi Grammatik dan Morfologi sebuah kata mencerminkan bahwa bangsa itu memiliki ketinggian peradaban dan menunjukkan kecerdasan bangsa tersebut. Sebagai contoh bahasa yang bisa dikatakan tinggi adalah bahasa jerman, arab, cina dan jepang. Bagaimana dengan bahasa indonesia ?
Dewasa ini bahasa Indonesia seakan semakin pudar pesonanya di masyarakat Indonesia sendiri, banyak anak-anak muda yg lebih suka menggunakan bahasa-bahasa gaul daripada menggunakan bahasa Indonesia. Tak bisa dipungkiri juga, seringnya kita mempergunakan bahasa asing malah menggeser nilai identitas keindonesiaan, dan bahkan nilai kesatuan kita. Pada saat kita berbicara kepada seseorang yang berasal dari daerah lain, sudah pasti kita menggunakan bahasa indonesia. Namun karena bahasa indonesia yang telah terpengaruhi oleh istilah asing dan istilah asing tersebut kita pakai pada saat perbincangan tersebut, malah bisa menimbulkan kesalahpahaman. Tiba-tiba orang yang diajak bicara menjadi marah, karena bisa jadi dia tidak mengetahui dengan pasti istilah yang kita pergunakan - bisa jadi dia tidak tahu artinya atau bisa jadi salah mengartikan-. Justru inilah yang menjadi salah satu sumber perpecahan kita. Ternyata semakin berkembangnya bahasa indonesia dengan perbendaharaan kata asing tidak sejalan pelaksanaannya di lapangan di seluruh pelosok tanah air.
Tanggung jawab terhadap perkembangan bahasa Indonesia terletak di tangan pemakai bahasa Indonesia sendiri. Baik buruknya, maju mundurnya, dan tertatur kacaunya bahasa Indonesia merupakan tanggung jawab setiap orang yang mengaku sebagai warga negara Indonesia yang baik. Setiap warga negara Indonesia harus bersama-sama berperan serta dalam membina dan mengembangkan bahasa Indonesia itu ke arah yang positif. Usaha-usaha ini, antara lain dengan meningkatkan kedisiplinan berbahasa Indonesia pada era globalisasi ini, yang sangat ketat dengan persaingan di segala sektor kehidupan. Maju bahasa, majulah bangsa. Kacau bahasa, kacaulah pulalah bangsa. Keadaan ini harus disadari benar oleh setiap warga negara Indonesia sehingga rasa tanggung jawab terhadap pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia akan tumbuh dengan subur di sanubari setiap pemakai bahasa Indonesia. Rasa cinta terhadap bahasa Indonesia pun akan bertambah besar dan bertambah mendalam. Sudah barang tentu, ini semuanya merupakan harapan bersama, harapan setiap orang yang mengaku berbangsa Indonesia.
Dalam era globalisasi ini, jati diri bahasa Indonesia merupakan ciri bangsa Indonesia yang perlu terus dipertahankan. Pergaulan antarbangsa memerlukan alat komunikasi yang sederhana, mudah dipahami, dan mampu menyampaikan pikiran yang lengkap. Oleh karena itu, bahasa Indonesia harus bterus dibina dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga menjadi kebanggaan bagi bangsa Indonesia dalam pergalan antarbangsa pada era globalisasi ini. Apabila kebanggaan berbahasa Indonesia dengan jati diri yang ada tidak tertanam di sanubari setiap bangsa Indonesia, bahasa Indonesia akan mati dan ditinggalkan pemakainya karena adanya kekacauan dalam pengungkapan pikiran. Akibatnya bangsa Indonesia akan kehilangan salah satu jati dirinya. Kalau sudah demikian, bangsa Indonesia "akan ditelan" oleh bangsa lain yang selalu melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan menggunakan bahasa yang teratur dan berdisiplin tinggi. Sudah barang tentu, hal seperti harus dapat dihindarkan pada era globalisasi ini. Apalagi, keadaan seperti ini bukan merupakan keinginan bangsa Indonesia.

Mengapa Saya Harus Belajar Bahasa Indonesia?

Dewasa ini, semakin berkembangnya bahasa-bahasa yg tidak baku atau sering kali disebut "gaul" serta banyaknya bahasa-bahasa asing yang masuk ke indonesia menjadikan semakin kecilnya minat masyarakat indonesia untuk mempelajari bahasa indonesia...

beberapa alasan mengapa saya harus belajar bahasa indonesia..
a. Bahasa menunjukkan bangsa

Sebuah ungkapan atau sebuah pepatah yang memakai 2 unsur atau kata pokok yaitu bahasa dan bangsa. Dari dua unsur dapat disimpulkan 3 arti yaitu :

1. tabiat seseorang dapat dilihat dari cara bertutur kata mereka

2. kesopansantunan seseorang menunjukkan asal keluarganya

3. bahasa yang sempurna menunjukkan peradaban yang tinggi dari bangsa pemilik bahasa tersebut.

Kita bangga di dalam bahasa Indonesia kita diberikan pilihan bahasa (diksi), misalnya saja saya penggunaan kata kamu, Anda, Abang, Kakak, Bapak dan lain sebagainya. Saya dapat memilih dengan siapa saya bicara, misalnya saya bicara dengan orang yang lebih tua dari saya maka saya dapat memilih kata Anda, Abang, Kakak atau Bapak. Coba perhatikan penggunaan kata “You” dalam bahasa Inggris, bagaimanakah mereka menggunakan kata itu? Kalau di Indonesiakan bisa berarti tidak sopan bukan.


b. Ilmu Pengetahuan

Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu kita harus belajar bahasa Indonesia. Sejak kecil kita sekolah mulai dari sekolah di tingkat dasar, menengah, atas dan sampai kuliah. Ilmu itu di ajarkan dalam bahasa Indonesia. Kalau dulu kita belajar dari orang lain, kini giliran kita untuk mengajarkan kepada orang lain. Bagaimana kita dapat mengajarkan kepada orang lain sedangkan bahasa Indonesia kita berantakan. Apakah ada media lain selain bahasa tulisan untuk kita berbagi ilmu pengetahuan ? tentu tidak, maka dari itu kita di tuntut untuk melatih agar bahasa Indonesia kita baik dan sesuai dengan EYD. Kita tidak dituntut 100% baik dalam EYD tetapi separuhnya juga boleh dan yang paling penting selalu berlatih.

c. Ingin menjadi orang berhasil, perlu tidak belajar bahasa Indonesia ?

Untuk menjadi orang berhasil, baik itu menjadi professor, ilmuan, kepala pemerintahan, menteri, wakil rakyat, Gubernur, Bupati, menajer perusahaan, dan lain sebagainya, maka di tuntut untuk bisa berkomunikasi baik itu lisan maupun tulisan. Bahasa apa yang di gunakan untuk berkomunikasi ? Kalau tinggalnya di Indonesia maka bahasa Indonesia adalah penting untuk di pelajari.

d. Sebelum mempelajari struktur bahasa Asing, pelajari dulu struktur bahasa sendiri.

Jadi aneh kalau orang Indonesia bahasa Inggrisnya baik dan struktur bahasanya bagus, tapi di kasih untuk menulis dalam bahasa Indonesia jadi berantakan. Maka dari itu pondasi awal untuk mempelajari bahasa asing baik itu bahasa Inggris, Jerman, Belanda, Jepang dan lain sebagainya maka dari itu pelajari dulu struktur bahasa Indonesia dulu baru lanjut belajar strukrur bahasa Asing.

What is penalaran?

Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).

PENGARUH KELUARGA YANG MENJADI DASAR PRILAKU KONSUMEN

Keluarga

Rumah tangga (a household) terdiri dari anggota yang terkait dengan keluarga (family) dan semua orang-orang yang tidak terkait yang berada dalam suatu unit tempat tinggal (baik itu rumah, apartemen, kelompok kamar-kamar, dan lain-lain). Rumah tangga dapat terdiri dari dua jenis/ bentuk: keluarga (families) dan non-keluarga (non families).
Suatu keluarga mungkin merupakan suatu keluarga patriat (patriarchal family), di mana sang ayah dipertimbangkan sebagai anggota yang paling dominan, sedangkan dalam suatu keluarga matriat (matriarchal family), pihak wanita memainkan peran dominan, dan membuat banyak keputusan, sedangkan dalam equalitarian family, sang suami dan istri membagi secara seimbang pengambilan keputusan
Keluarga memiliki struktur sendiri, seperti juga yang terjadi pada masyarakat, di mana setiap anggota memainkan perannya masing-masing. Bagi pemasar adalah penting untuk membedakan peran setiap anggota keluarga dalam tujuan untuk mengoptimalkan strategi pemasaran. Asumsi yang dibuat mengenai peran-peran pembelian harus dicek melalui riset konsumen sehingga pemasar dapat membuat bauran pemasaran yang tepat ditujukan terhadap individu yang tepat.
Konsep siklus hidup keluarga atau rumah tangga telah terbukti sangat bermanfaat bagi pemasar, khususnya untuk aktivitas dari keluarga-keluarga seiring dengan berjalannya waktu. Dengan adanya konsep siklus hidup, pemasar mampu mengapresiasi kebutuhan keluarga, pembelian produk, dan sumber daya keuangan bervariasi sepanjang waktu.
Siklus hidup keluarga modern didasarkan pada usia (dari individu wanita dalam rumah tangga, jika tepat), yang ditelusuri dalam kelompok-kelompok usia muda (young), usia menengah (middle aged). Dan kelompok usia lebih tua (elderly). Usia yang beragam ini dipengaruhi oleh dua bentuk peristiwa penting, yaitu (1) pernikahan dan pemisahan (baik karena perceraian atau kematian), dan (2) hadirnya anak pertama dan anak paling akhir.
Daftar Pustaka
• Amstrong, Gary, Philip Kotler, dan Geoffrey da Silva. (2005). Marketing: An Introduction an Asian Perspective. Singapore: Prentice-Hall.
• Hawkins, Del I., Roger J. Best, Kenneth A. Coney. (2001). Consumer Behavior: Building Marketing Strategy. USA: McGraw-Hill.
• Loudon, David L., Albert J. Della Bitta. (1993). Consumer Behavior. 4th Ed. McGraw Hill.
• Mowen, John C., Michael Minor. (1998). Consumer Behavior. 4th Ed. New Jersey: Prentice-Hall.
• Peter, J. Paul. dan Jerry C. Olsen. (1996). Consumer Behavior and Marketing Strategy. USA: 4th Ed.
• Setiadi, Nugroho J. (2003). Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Cetakan Kedua. Jakarta: Prenata Media.
• Schiffman, Leon G., Leslie Lazar Kanuk. (2004). Consumer Behavior. 8th Ed. New Jersey: Prentice-Hall.
• Solomon, Michael R. (1999). Consumer Behavior. 4th Ed. New Jersey: Prentice-Hall.
• Solomon, Michael R., Greg W. Marshall, Elnora W. Stuart. (2006). Marketing: Real People, Real Choice. 4th Ed. Singapore: Prentice-Hall.

KEPRIBADIAN NILAI DAN GAYA HIDUP

Kepribadian

Konsep kepribadian (personality) dibahas secara teoretis oleh para pakar melalui berbagai sudut pandang yang beraneka ragam, diantaranya menekankan pembahasan kepribadian pada pengaruh sosial dan lingkungan terhadap pembentukan kepribadian secara kontinu dari waktu ke waktu, serta menekankan pada pengaruh faktor keturunan dan pengalaman di awal masa kecil terhadap pembentukan kepribadian.
Tiga karakteristik yang perlu dibahas dalam pembahasan mengenai kepribadian adalah kepribadian mencerminkan perbedaan antarindividu, kepribadian bersifat konsisten dan berkelanjutan, dan kepribadian dapat mengalami perubahan.
Dalam mempelajari kaitan antara kepribadian dan perilaku konsumen, 3 teori kepribadian yang sering digunakan sebagai acuan adalah teori Freudian, Neo Freudian dan teori traits.
Teori Freudian yang diperkenalkan oleh Sigmund Freud, mengungkapkan teori psychoanalytic dari kepribadian yang menjadi landasan dalam ilmu psikologi. Berdasarkan teori Freud, kepribadian manusia terdiri dari 3 bagian atau sistem yang saling berinteraksi satu sama lain. Ketiga bagian tersebut adalah id, superego dan ego. Teori kepribadian Neo-Freudian mengemukakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi pembentukan kepribadian manusia bukan dari dirinya sendiri, tetapi dari hubungan sosial. Berdasarkan teori trait, kepribadian diukur melalui beberapa karakteristik psikologis yang bersifat spesifik yang disebut dengan trait. Salah satu tes yang dikenal adalah selected single- trait personality.
Dalam pemahaman mengenai berbagai karakteristik konsumen yang mempengaruhi perilaku mereka dalam melakukan pembelian, beberapa diantaranya adalah keinovatifan konsumen, faktor kognitif konsumen, tingkat materialisme konsumen, dan ethnocentrism konsumen.
Selain product personality, konsumen juga mengenal brand personality, di mana mereka melihat perbedaan trait pada tiap produk yang berbeda juga. Semua kesan yang berhasil ditampilkan oleh merek tersebut dalam benak konsumen menggambarkan bahwa konsumen dapat melihat karakteristik tertentu dari produk, kemudian membentuk brand personality.
Konsep Diri
Konsep diri adalah bagaimana seseorang memandang dirinya sendiri yang kadang-kadang akan berbeda dari pandangan orang lain. Konsep diri konsumen terbagi ke dalam 4 dimensi, yaitu bagaimana mereka sesungguhnya melihat dirinya sendiri, bagaimana mereka ingin melihat diri mereka sendiri, bagaimana sesungguhnya orang lain melihat diri mereka, dan bagaimana mereka ingin orang lain melihat diri mereka.
Bagaimana konsumen memandang diri mereka dapat menjadi dorongan yang kuat pada perilaku mereka di pasar sehingga pemasar dapat menggunakan konsep diri ini dalam merancang strategi pemasaran, misalnya dalam menciptakan merek atau produk baru.
Extended self merujuk pada kecenderungan seseorang untuk mendefinisikan dirinya sendiri berdasarkan kepemilikannya (possession). Kepemilikan yang dimaksud di sini tidak harus sesuatu yang besar, seperti rumah atau mobil, tetapi dapat berupa benda-benda kecil, seperti pigura. Penelitian memperlihatkan, konsumen cenderung untuk memilih produk atau merek yang sesuai dengan dirinya atau dengan apa yang ingin dicapainya sebagai manusia. Lebih banyak wanita daripada pria yang menganggap bahwa produk yang mereka gunakan mencerminkan kepribadiannya sendiri.
Pemasar sebaiknya mengembangkan citra produk sedemikian rupa sehingga sesuai dengan konsep diri yang dianut oleh konsumen. Meskipun konsep diri yang dimiliki seseorang bersifat sangat unik, ada kemungkinan konsep diri antar individu memiliki beberapa kemiripan.

Gaya Hidup

Gaya hidup merupakan pola hidup yang menentukan bagaimana seseorang memilih untuk menggunakan waktu, uang dan energi dan merefleksikan nilai-nilai, rasa, dan kesukaan. Gaya hidup adalah bagaimana seseorang menjalankan apa yang menjadi konsep dirinya yang ditentukan oleh karakteristik individu yang terbangun dan terbentuk sejak lahir dan seiring dengan berlangsungnya interaksi sosial selama mereka menjalani siklus kehidupan.
Konsep gaya hidup konsumen sedikit berbeda dari kepribadian. Gaya hidup terkait dengan bagaimana seseorang hidup, bagaimana menggunakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu mereka. Kepribadian menggambarkan konsumen lebih kepada perspektif internal, yang memperlihatkan karakteristik pola berpikir, perasaan dan persepsi mereka terhadap sesuatu.
Gaya hidup yang diinginkan oleh seseorang mempengaruhi perilaku pembelian yang ada dalam dirinya, dan selanjutnya akan mempengaruhi atau bahkan mengubah gaya hidup individu tersebut.
Berbagai faktor dapat mempengaruhi gaya hidup seseorang diantaranya demografi, kepribadian, kelas sosial, daur hidup dalam rumah tangga. Kasali (1998) menyampaikan beberapa perubahan demografi Indonesia di masa depan, yaitu penduduk akan lebih terkonsentrasi di perkotaan, usia akan semakin tua, melemahnya pertumbuhan penduduk, berkurangnya orang muda, jumlah anggota keluarga berkurang, pria akan lebih banyak, semakin banyak wanita yang bekerja, penghasilan keluarga meningkat, orang kaya bertambah banyak, dan pulau Jawa tetap terpadat.

Daftar Pustaka

• Amstrong, Gary, Philip Kotler, dan Geoffrey da Silva. (2005). Marketing: An Introduction an Asian Perspective. Singapore: Prentice-Hall.
• Hawkins, Del I., Roger J. Best, dan Kenneth A. Coney. (2001). Consumer Behavior: Building Marketing Strategy. USA: McGraw-Hill.
• Kasali, Rhenald. (1998). Membidik Pasar Indonesia: Segmentasi, Targeting, Positioning. Cetakan Kelima. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
• Loudon, David L. dan Albert J. Della Bitta. (1993). Consumer Behavior. 4th Ed. McGraw Hill.
• Mowen, John C., Michael Minor. (1998). Consumer Behavior. 4th Ed. New Jersey: Prentice-Hall.
• Peter, J. Paul. dan Jerry C. Olsen. (1996). Consumer Behavior and Marketing Strategy. USA: 4th Ed.
• Setiadi, Nugroho J. (2003). Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Cetakan Kedua. Jakarta: Prenata Media.
• Schiffman, Leon G., Leslie Lazar Kanuk. (2004). Consumer Behavior. 8th Ed. New Jersey: Prentice-Hall.
• Solomon, Michael R. (1999). Consumer Behavior. 4th Ed. New Jersey: Prentice-Hall.
• Solomon, Michael R., Greg W. Marshall, dan Elnora W. Stuart. (2006). Marketing: Real People, Real Choice. 4th Ed. Singapore: Prentice-Hall.